Jumat, 24 April 2020

Resensi Film : SERENDIPITY


Judul           : Serendipity
Rilis            : 9 Agustus 2018
Genre         : Drama/Romance
Sutradara   : Indra Gunawan
Negara       : Indonesia

Serendipity merupakan film debut Mawar Eva De Jongh sebagai pemeran utama. Hal yang menarik dari film ini adalah kehadiran sosok Gibran (Maxime Boutitier) yang numpang lewat, tetapi memiliki peranan penting dalam menyelesaikan berbagai konflik di film ini.

Rani (Mawar Eva) dan Arkan (Kenny Austin) adalah pasangan muda yang sedang dimabuk asmara. Hubungan keduanya sebagai sepasang kekasih dan teman sekolah nyasir sempurna sebelum rahasia Rani terbongkar. Tidak hanya Arkan, bahkan teman satu sekolah mengetahui foto dan video Rani yang sedang berjalan dengan om-om di tempat perjudian. Mereka menuduh Rani sebagai pelacur, lantas satu per satu menjauh, termasuk Arkan.

Dalam keterpurukan, datanglah siswa baru bernama Gibran, seorang youtuber terkenal yang sangat periang. Ia sangat penasaran dengan Rani yang tak pernah tersenyum dan selalu menyendiri. Akhirnya dia memutuskan untuk mencari tahu semuanya.

Berkat kegigihan Gibran, Rani menunjukkan senyumnya kembali. Gibran selalu tahu bagaimana cara membuat gadis itu tersenyum. Hingga suatu saat, ia memberanikan diri menyatakan perasaannya kepada Rani. Sayangnya, trauma kehilangan Arkan masih membuatnya bimbang. Tak perlu waktu lama bagi Gibran untuk mengetahui rahasia Rani. Lelaki itu melihat dengan mata kepala sendiri sisi lain gadis yang disukainya itu. Ketika Rani bersiap untuk ditinggalkan pergi untuk kedua kalinya, Gibran memilih untuk mendengar alasan Rani dan berusaha mencari solusi.

Seperti malaikat yang datang tanpa diundang. Gibran melunasi semua hutang Rani kepada si Om Penjudi itu. Rani kini bebas dari pekerjaan malamnya dan bonus pekerjaan paruh waktu sebagai pelayan di restoran milik paman Gibran. Sayangnya, kehidupan normal Rani tidak berlangsung lama. Pihak sekolah akhirnya mengetahui video itu, mengeluarkan Rani tanpa meminta klarifikasi. Kemalangan Rani bertambah, saat si Om Penjudi hendak menculiknya. Penculikan itu berhasil digagalkan oleh Arkan yang tiba-tiba datang. Namun, tembakan terdengar, sebuah peluru menembus tubuh Arkan.

Setelah tragedi penembakan, Gibran bekerja sama dengan Arkan dan Jeni berusaha mengembalikan nama baik Rani. Sekali lagi, Gibran melakukan hal gila. Dia mengajak teman-temannya berdemo atas ketidakadilan sekolah. Setelah mendapatkan teguran dari pihak komite, kepala sekolah memutuskan untuk menarik Rani kembali.

Akhir dari semua konflik, Gibran harus memilih. Meminta Rani menjadi miliknya lagi? Atau...

Film ini ringan tetapi menarik. Dengan latar SMA, orang akan mengira film ini sebagai cerita remaja pada umumnya. Namun, saya melihat sisi lain kehidupan yang bisa terjadi pada siapapun. Bahkan saya tidak bisa membayangkan, apa yang harus saya lakukan jika berada di posisi Rani. Saya juga salut, penulis memunculkan sosok Gibran. Bukan sebagai pemeran utama, tetapi memiliki peran dan karakter yang sangat kuat. Selanjutnya, saya juga sangat mengapresiasi Mawar Eva yang bisa menghidupkan karakter Rani. Sebagai aktris pemula, dia memiliki kemampuan akting yang sangat bagus.

Tanpa terasa penulis mengajarkan pada saya untuk peka terhadap isu sosial. Melihat suatu kejadian dari berbagai sudut pandang dan tidak menghakimi secara sepihak. Di samping itu, jika seseorang mendapatkan masalah, tidak seharusnya dijauhi melainkan dekati dan bantu mencari solusi. Itu menurut saya. Bagaimana menurut kamu?

Resensi Film : BAD GENIUS




Judul          : Bad Genius (Chalard Games Goeng)
Rilis           : 2017
Produksi     : Jor Kwang Films
Sutradara   : Nattawut Poonpiriya
Negara       : Thailand

Film ini tidak terlalu booming di Indonesia. Namun, saya sangat merekomendasikan. Karena ceritanya sangat ‘wow’ gila dan luar biasa. Selain itu, film ini juga berhasil meraih beberapa penghargaan di Thailand.

Lynn (Chutimon Chuengcharoensukying) adalah siswa SMA yang sangat super duper jenius sehingga mampu mendapatkan beasiswa penuh di sebuah sekolah elit. Sayangnya, ia tidak terlalu pandai bergaul. Namun, Grace (Eisaya Hosuwan) mendekatinya tulus sebagai teman. Grace selalu mendapatkan masalah dalam hal akademik. Sedangkan club drama yang dia inginkan mensyaratkan nilai tertentu untuk bergabung. Dengan terpaksa, Lynn membantu sahabatnya mendapatkan jawaban saat ujian berlangsung.

Selanjutnya, tidak hanya Grace yang menginginkan contekan. Pacar Grace, Pat (Teeradon Supapunpinyo), seorang anak pengusaha tajir melintir, dan teman-temannya. Berdasarkan hitungan matematis gaji yang akan diterima, Lynn bersedia. Ia membuat kode piano sebagai alat komunikasi saat ujian.

Suatu ketika, Lynn dan siswa lain bernama Bank (Chanon Santinatornkul) terpilih mengikuti lomba cerdas cermat Teen Genius. Bank ternyata tidak kalah jenius dibanding Lynn. Dia adalah teman sekelas Lynn yang tidak pernah terekspos karena sangat pendiam.

Berita tentang ‘les piano’ akhirnya menyebar ke siswa lain. Kini tidak hanya Grace dan teman-temannya yang berguru pada Lynn, melainkan hampir semua siswa sekelas menginginkannya demi ujian akhir kelulusan. Lynn berpikir, dia akan kaya mendadak.

Ujian dimulai, semuanya berjalan sesuai rencana hingga beberapa masalah muncul. Tanpa diduga, ujian kali ini menyediakan dua paket yang berbeda. Selain itu, Bank yang curiga atas kecurangan seorang siswa, memberi peringatan pada Lynn dan guru pengawas. Sekali lagi, berkat kejeniusan Lynn, semua siswa berhasil menyelesaikan ujian dengan baik. Masalah baru timbul, berkat Bank berita kecurangan Lynn dan teman-temannya sampai ke telinga Kepala Sekolah. Gadis itu terpaksa harus melepas kesempatan beasiswa kuliah ke luar negeri dan menghadapi kekecewaan ayahnya. Ia bertekad, akan berhenti dari pekerjaan kotor ini.

Namun, Grace dan Pat datang kembali dengan sebuah pemohonan yang sulit ditolak oleh Lynn. Membantunya lulus ujian STIC untuk masuk ke Universitas Boston. Dengan segala dilema, Lynn menyetujuinya dan membuat skenario. Kali ini Lynn memikirkan sesuatu yang sangat besar. Keserakahannya mulai muncul. Dia menargetkan hasil uang yang sangat banyak dengan mencari puluhan peserta lain untuk bergabung. Rencana kali ini tidaklah mudah. Mengingat bahwa ujian dilaksanakan serentak di berbagai negara pada zona waktu masing-masing. Lynn memiliki ide yang sangat brilian, yaitu ia harus mengikuti ujian di Australia. Kali ini tidak sendiri, ia mengajak Bank untuk bergabung dalam timnya.

Konflik baru muncul. Mematahkan prinsip Bank yang melakukan semua hal dengan jujur dan bersih, menembus keamanan ujian yang sangat ketat, dan -- waktu. Di sinilah keseruan dari film ini.

Jika kalian ingin mempelajari ilmu menyontek, tontonlah film ini. Hahaha... Saya yakin, hanya satu dari sejuta orang yang bisa mengambil posisi Lynn. Tapi saya harap, semua hal buruk di film ini tidak dicontoh. Ambillah sisi positifnya.

Di luar itu semua, saya membayangkan jika sistem ujian di Indonesia bisa meniru film ini. Meninggikan kejujuran dalam belajar. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Ujian Nasional di Indonesia sangat ‘luar biasa keren’. Kunci jawaban tersebar dengan mudah saat ujian, guru pengawas sudah kongkalikong dengan kepala sekolah untuk membiarkan para siswa menyontek. Siswa unggul diberikan ‘bisikan’ agar memberikan jawaban kepada siswa lain. Nilai yang keluar adalah nilai dengkul, karena otaknya didengkul (lutut). Hahaha... Maaf, saya terbawa emosi. Pada intinya, hal terpenting dalam sekolah adalah proses belajar, bukan nilai rapor. Hidupmu lima puluh tahun ke depan tergantung dari proses belajar. Sedangkan nilai rapor hanya digunakan untuk naik ke satu level.

Jumat, 03 Januari 2020

Resensi Film : HIDARIKIKI NO EREN

Sumber: asianwiki.com


Judul           : Hidarikiki no Eren (Eren si Kidal)
Rilis            : 2019 - 2020
Genre         : Drama
Produser     : Yuko Goto
Penulis       Kappy (webcomic), Nonji Nemoto
Network      : TBS, MBS
Negara       : Jepang



Hidarikiki no Eren merupakan drama Jepang yang diadaptasi dari serial komik yang berjudul sama. Drama 10 episode ini memiliki tema dan alur cerita yang cukup unik. Sebelum menonton saya peringatkan untuk fokus, karena memiliki alur maju-mundur yang lumayan cepat.

Berkisah tentang dunia seni. Seniman dibagi menjadi 2 kategori: berbakat dan berusaha belajar. Dua kategori ini diwakili oleh 2 tokoh utama, bernama Eren Yamagishi (Elaiza Ikeda) dan Koichi Asakura (Fuju Kamio). Cerita ini berada pada sudut pandang Koichi Asakura, seorang desainer grafis sebuah perusahaan iklan ternama di Jepang. Sebagai pegawai junior, ia bekerja sangat keras mengeluarkan seluruh kemampuan dan tenaganya dalam setiap proyek yang diberikan. Ia mulai stres dan hampir frustasi ketika semua usaha kerasnya yang telah mendapatkan goal dari klien justru tidak mendapatkan apresiasi dari jajaran direksi. Direksi memiliki sudut pandang tersendiri dengan memikirkan berbagai aspek, salah satunya adalah marketing. Ego Koichi mulai membakar emosinya. Hingga seorang senior sekaligus mentornya Yusuke Kamiya (Huwie Ishizaki) dan rekan kerjanya sebagai copy writer Yurina Mitsuhashi (Yui Imaizumi) membuka matanya. Pikiran Koichi kembali pada masa SMA dimana ia bertemu dengan seorang seniman yang sangat ia kagumi, seseorang yang membuatnya mampu melangkah sejauh ini, Eren Yamagishi.

Eren memiliki bakat seni lukis semenjak kecil. Bakat tersebut diturunkan dari ayahnya yang juga merupakan seorang pelukis. Saat kecil Eren sangat gila melukis, tenggelam dalam dunianya sendiri. Hingga sebelum mendengar berita ayahnya meninggal bunuh diri, dia tetap terpaku pada kesibukannya. Semenjak kematian ayahnya, ia pun mengalami trauma berat dan berhenti melukis.

Seni telah menghubungkan Eren dan Koichi dengan cara yang unik. Eren membenci semua karya Koichi yang menurutnya sangat payah. Ia memandang Koichi sebagai seorang seniman yang tidak berbakat. Gadis itu terus menatap Koichi dengan penuh kebencian, merusak apapun karya Koichi. Tanpa menolak semua tindakan Eren, Koichi justru merasa semakin kagum dan termotivasi untuk terus membuat karya yang lebih baik. Sahabat Koichi, Sayuri Kato (Yurika Nakamura) yang memiliki perasaan lebih terhadap Koichi selalu berada di samping lelaki itu untuk memberikan dukungan. Sayangnya, Koichi terlalu terobsesi untuk mendapat pengakuan Eren, tidak memikirkan perasaan Sayuri.

Di lain waktu, ketika Koichi sedang mengatur sebuah pemotretan, kedatangan seorang model cantik membuat dunia Koichi berhenti sejenak. Akari Kishi (Arisa Yagi), model papan atas yang percaya bahwa ia akan meninggal pada usia 27 tahun. Tak hanya Koichi, Eren pun turut terpaku ketika Akari mulai menggerakkan tubuhnya di depan kamera. Saat itu pula, Eren memutuskan... "Aku akan melukismu". Waktu berjalan dengan cepat, secepat  Akari meluluhkan hati Koichi. Dan, secepat runtuhnya obsesi Eren untuk melukis Akari. Ia memilih untuk pergi dan menghilang dari kehidupan dua orang tersebut.

Semua kembali pada kehidupan masing-masing. Koichi sebagai desainer grafis, Eren merintis karir di New York bersama Sayuri, dan Akari yang terus mengejar ambisinya sebelum meninggal beberapa tahun lagi. Karir Koichi semakin melejit berkat kerja keras dan kemampuannya belajar. Sedangkan Eren, dunianya terhenti.

Beberapa tahun berlalu, berbagai situasi yang terjadi mengarah pada suatu titik yang mempertemukan mereka kembali. Apakah kali ini Koichi bisa membuktikan perjuangannya terhadap para seniman berbakat?

Biasanya saya tidak terlalu suka film live action yang diadaptasi dari komik. Komik memiliki ciri khas hiperbola. Sedangkan film live action merupakan bentuk realita kehidupan. Ketika keduanya digabungkan, saya merasa sulit untuk merasakan adanya kecocokan. Selain itu, umumnya hasil akhir film live action tidak sesuai dengan ekspektasi pembaca komik.

Beruntung saya belum pernah membaca versi komiknya. Terlepas dari itu semua, saya sangat menyukai garis besar film ini. Menunjukkan pada kita wawasan tentang berbagai macam seni; lukis, grafis, modelling, dan fotografi. Seni tidak akan memiliki nilai komersil tanpa ada aspek lain, yakni; marketing, managemen, dll. Jadi, mana yang akan mencapai kesuksesan tertinggi, orang berbakat atau orang yang berusaha untuk belajar?

"Untuk semua orang yang tidak bisa menjadi jenius."

Minggu, 23 September 2018

Resensi Film Indonesia : DILEMA


Judul                   : Dilema
Rilis                    : 2012
Produser             : Wulan Guritno, Adilla Dimitri
Sutradara            : Robert Ronny, Robby Ertanto Soediskam, Adilla Dimitri
Penulis                : RAW / ART
Produksi             : WGE Picture

Industri perfilman di Indonesia sedang naik daun beberapa tahun terakhir. Tentu saja dalam dunia dagang ada berbagai macam kualitas produk. Salah satu film favorit saya adalah Dilema yang telah rilis enam tahun silam. Dilema tidak hanya sebagai judul, tapi juga tema cerita dari 5 subcerita di dalamnya. Film ini menceritakan tentang Jakarta dari beberapa sudut pandang dan memiliki ending yang sangat tak terduga. Dikemas secara apik di bawah produser Wulan Guritno dan Adilla Dimitri. Beberapa aktor dan aktris terbaik Indonesia turut serta menambah kekuatan dan daya tarik.
Berikut akan saya ulas satu per satu subcerita:
1    
  1. Rendezvous

     Menceritakan seorang gadis kaya raya bernama Dian (Pevita Pearce) yang mengasingkan diri di Bali. Ia kabur menyembunyikan diri dari jangkauan ayahnya setelah kematian ibunda tercinta. Di tengah kesendiriannya di tepi pantai, beberapa orang mengajaknya untuk ikut berpesta ria. Awalnya saya kira dia gadis baik-baik karena menolak ‘pesta’. Namun, bujukan seorang Rima (Wulan Guritno) melemahkannya. Wanita tomboy itu mampu membuat Dian nyaman menceritakan kesedihannya. Tidak hanya sekadar kenyamanan yang diberikan Rima, dia dengan mudah membujuk Dian melanggar prinsipnya, meminum pil untuk ‘bersenang-senang’.
       Raymond sang pemilik pesta puas dengan kinerja Rima yang mampu memeras kantong Dian, seperti para penikmat pesta yang lain. Uang tak pernah menjadi masalah bagi gadis cantik itu. Hingga akhirnya, nyawa Raymond dan Rima terancam setelah mengetahui siapa sebenarnya Dian. Apa yang akan terjadi?
         Di sini saya sangat kagum dengan peran Wulan Gurtino, sangat jauh dengan karakter aslinya yang cenderung seksi dan feminin. Sepertinya ia sengaja menaikkan berat badannya beberapa kilo dan memangkas pendek rambutnya demi totalitas. Mungkin juga itu hanyalah trik wardrobe dan make up, cek saja jika penasaran.

       2.  Garis Keras


         Terdapat suatu kelompok Islam radikal di jakarta. Penggeraknya bernama Said (Winky Wirawan) dan Ibnu (Baim Wong). Mereka berdua memimpin pengikutnya untuk melakukan demo di sebuah masjid besar yang  diduga memiliki kepercayaan adanya nabi setelah Muhammad SAW.
        Ibnu menyadari bahwa kelompoknya menggunakan cara yang salah. Said dan Ibnu berseteru karena adanya perbedaan pendapat. Ibnu memilih keluar dari kelompok tersebut. Kini Said terpaksa memimpin seorang diri. Seorang bodyguard (Verdi Solaiman) datang ke rumah Said menyampaikan pesan dari atasan yang disebut 'Bapak'. 'Bapak' meminta Said untuk meledakkan masjid besar di depan rumahnya. Pria itu memaksa Said melakukan pengeboman besok subuh, jika tidak ia akan membunuh anak semata wayang Said.
          Melalui cerita ini saya menduga, bahwa kemungkinan terjadinya kerusuhan di tanah air kita karena adanya ‘Dalang’ yang membayar atau mengancam provokator. Tujuannya banyak hal, seperti; pengalihan isu, adu domba, menghancurkan citra suatu kelompok, mengambil kesempatan dalam kesempitan, dan banyak hal lain yang secara keseluruhan berujung pada kekuasaan. Tugas kita adalah berpikir secara rasional, tidak mudah terpengaruh, dan tetap berada di jalan-Nya. InsyaAllah Dia akan memberikan petunjuk.
          Akankah Said membunuh orang-orang yang tengah menjalankan ibadah?

      3. The Officer

     Brigadir Aryo Sustoyo (Ario Bayu), seorang polisi yang baru naik pangkat dan dipindahtugaskan dari Sumatera Utara. Ia melaksanakan tugas pertamanya di Jakarta bersama seorang Inspektur senior bernama Bowo Wicaksono (Tio Pakusadewo). Aryo berusaha pendekatan dengan atasan barunya. Sayangnya, usaha Aryo tak mendapat respon baik dari Bowo.
       Tempat yang mereka datangi pertama kali adalah aksi demo kelompok Islam di sebuah masjid besar bersama polisi-polisi lain. Kerusuhan terjadi antara para pendemo dan aparat kepolisian. Selanjutnya, mereka mendapat tugas untuk meringkus suatu tempat perjudian. Bowo meminta Aryo menunggu di luar. Sementara ia dan timnya menyerbu masuk tempat itu. Tanpa memerlukan waktu lama, semua orang di dalam tempat itu berhasil diringkus.
          Aryo yang tak sabar menunggu sendiri di luar masuk ke dalam. Ia melihat seseorang di antara para penjudi adalah orang yang ia kenal, ayahnya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain melihat ayahnya dibawa polisi beserta para penjudi lain.
        Cerita ini menunjukkan realita oknum polisi yang melakukan kong-kalikong dengan mafia demi uang. Juga adanya penyalahgunaan jabatan untuk memanipulasi hukum. Namun, jika dilihat dari sisi kemanusiaan, oknum polisi tersebut melakukan pelanggaran karena ada faktor di belakangnya. Yakni, butuhnya dana yang sangat besar demi operasi putrinya. Pun semua tindakan pasti memiliki alasan. Jadi, salah dan benar menjadi abu-abu. Lantas, akankah Aryo memenjarakan ayahnya?

      4. The Gambler

        Sigit (Slamet Raharjo) , pria tua yang telah lama pensiun dari dunia perjudian kembali menapaki tempat kotor itu. Ia bertekad mengambil jam emas warisan bapaknya yang terpajang rapi di tengah ruang. Jam yang dulu pernah menjadi taruhan di detik-detik terakhir kekalahannya. Andri (Lukman Sardi) menganjurkannya untuk tak kembali berjudi. Ia menjelaskan pada Andri bahwa jam emas itu akan ia gunakan sebagai hadiah pernikahan putra yang sangat ia banggakan.
        Judi dimulai. Satu per satu permainan dapat ia menangkan. Kedatangan Sigit menarik perhatian sang pemilik tempat judi, Gilang (Ray Sahetapi), sekaligus musuh bebuyutan Sigit. Gilang turut bergabung, permainan sengit antara dia dan beberapa penjudi lain terjadi. Namun, berujung pada kekalahan dan menghabiskan uang yang ia miliki sebelum berhasil mendapatkan jam emas itu.
      Seorang rentenir menawari pinjaman dengan bunga yang sangat besar. Sigit mengambilnya dengan segala resiko yang akan terjadi apabila ia kalah. Permainan kembali dilanjutkan. Semakin sengit dari waktu ke waktu. Akankah Sigit berhasil mengembalikan uang kepada rentenir? Begitu pula dengan jam emas yang ia incar?
           Kisah Sigit dan judi mengajarkan kita bahwa segala hal yang dimulai dengan salah akan berakhir dengan buruk. Ambisi tak berujung dapat menjadi boomerang yang mematikan.

       5.  Big Boss

         Seorang artisek muda dan sukses bernama Adrian (Reza Rahardian) kedatangan tamu wanita tua dengan dua bodyguard di kantornya. Setelah berbasa-basi sebentar, wanita itu menyampaikan maksudnya untuk mengundang Adrian ke rumah seseorang yang disebut 'Bapak'. Sebelum pergi wanitu menyebutkan namanya, Hetty (Jajang C. Noer).
          Teman Adrian, Barry (Abimana Aryaseta) menyadari siapa wanita itu setelah melihat kartu nama yang tergeletak di atas meja Adrian. Wanita itu adalah tangan kanan SW, mafia terbesar yang kuat di Jakarta. Ia mengingatkan Adrian untuk berhati-hati.
       Adrian memutuskan untuk menghadiri undangan tersebut. Hetty menjelaskan keadaan ayah kandung Adrian yang sedang menanti untuk bertemu. Di dalam sebuah kamar, Sony Wibisono (Roy Martin) tengah terbujur lemah di atas ranjang.
     Sony menjelaskan statusnya sebagai ayah kandung yang sengaja memantau perkembangan Adrian dari jauh, serta memastikan jalan mulus pendidikan dan karir Adrian dengan segala cara. Adrian tak terima begitu saja. Orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia berusia tujuh tahun. Membuatnya harus hidup dan besar di panti asuhan. Sony menjelaskan dengan segala cara agar Adrian mau mengerti. Karena anak sulungnya itu yang nanti akan meneruskan bisnis SW.
       Adrian merasa muak dengan kelakuan kotor Sony yang kemungkinan sengaja membuat ibunya meninggal dalam kecelakaan. Ia berusaha membunuh Sony jika saja tak dicegah oleh Hetty. Adrian mengancam akan melaporkan Sony ke polisi, ia membawa laptop pribadi Sony dan membawanya pergi. Apakah rahasia besar SW akan terbongkar?

Film ini sangat patut diapresiasi. Mulai dari ide cerita, nilai yang tersirat di dalamnya, proses penggarapan, serta totalitas pemain dalam membawakan karakter. Semuanya tergabung dalam satu kesatuan yang selaras dan saling melengkapi. Sengaja tidak saya ceritakan ending-nya, no spoiler. Jika penasaran, silahkan tonton sendiri ya. Selamat menikmati…


Minggu, 09 September 2018

Resensi Novel: BULAN karya TERE LIYE


Judul                      : Bulan
Pengarang              : Tere Liye
Penerbit                 : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit          : 2015
Tebal                     : 400 halaman

Novel berjudul Bulan ini merupakan buku kedua dari serial novel Bumi. Memang tidak ada yang menarik dari sinopsisnya. Pembaca akan otomatis membaca buku ini setelah selesai membaca buku pertama, Bumi.
Masih menceritakan tentang petualangan Raib, Seli dan Ali di dimensi lain. Cerita berawal di bumi, sama seperti buku pertama. Bedanya, kali ini mereka lebih siap dengan segala hal yang akan terjadi. Bukan lagi dunia Klan Bulan tujuan mereka, tetapi dunia Klan Matahari, tanah leluhur Seli. Bersama dengan 3 orang lainnya, yakni Miss Selena, Av, dan Ily. Av, sang Penjaga Perpustakaan Klan Bulan memimpin rombongan ke dunia Klan Matahari untuk mencari sekutu melawan Si Tanpa Mahkota.
Kedatangan mereka mendapatkan sambutan yang sangat meriah dari klan matahari, sungguh sesuatu yang tak terduga. Di balik itu semua, ternyata sang Ketua Konsil Klan Matahari bernama Fala-tara-tana IV telah menyiapkan rencana lain. Ia meminta empat orang Klan Bulan mengikuti kompetisi mencari bunga matahari yang pertama kali mekar sebagai kontingen ke sepuluh. Mau tak mau Raib, Seli, Ali dan Ily mengikuti kompetisi yang tak mereka pahami itu atau negosiasi dibatalkan. Tentu saja, mereka tidak mau kunjungan ke dunia Klan Matahari ini sia-sia. Dengan persiapan yang cukup singkat mereka nekad terjun dalam kompetisi mengendarai harimau putih yang berasal dari dunia Klan Bulan.
Rintangan demi rintangan mereka hadapi. Menurut keterangan dari seseorang yang mereka temui, kompetisi ini tidak hanya sekadar rangkaian festival biasa. Semua peserta rela melakukan segala cara, termasuk melukai lawan untuk terus melaju. Mereka beruntung memiliki Ily di dalam kelompoknya karena lelaki itu merupakan lulusan akademi yang sangat terlatih dan cerdas. Dalam setiap rintangan kekuatan mereka terlihat semakin kuat. Seluruh energi dan pikiran mereka sangat terkuras dalam menghadapi segala rintangan. Di tengah keputusasaan, mereka masih mengutamakan nilai-nilai moral kemanusiaan. Berlawanan dengan cara pada umumnya yang menghalalkan segala cara.
Rintangan seperti serbuan gerombolan gorilla, serangan burung kenari pemakan daging, guyuran air bah, terjebak di tengah letupan jamur beracun, melewati lorong tikus, dan terakhir melawan musuh yang sangat hebat, secara tidak langsung memancing para pembaca untuk turut berpikir mencari cara melewatinya. Layaknya bermain catur. Masing-masing pion (tokoh) memiliki kekuatan dan kebiasaan yang berbeda. Kekuatan apa yang tepat digunakan? Dalam keadaan terdesak, siapa penolong yang akan muncul? Selalu menjadi tanda tanya. Dan bagian asyiknya, akan ada kekuatan-kekuatan baru yang muncul tanpa mereka sadari sebelumnya.
Para pecinta fantasi, misteri dan petualangan pasti akan merasa dimanjakan oleh cerita ini. Sayangnya, masih ada beberapa kelemahan. Pertama, ada sedikit typo yang kurang enak dipandang. Kedua, peralihan bahasa antar klan yang sedikit kurang teliti. Di buku pertama dijelaskan bahwa Raib secara otomatis dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Klan Bulan karena ia berasal dari sana. Sama seperti Seli yang langsung memahami bahasa Klan Matahari. Sekarang kita fokuskan pada 6 tokoh utama; Raib, Seli, Ali, Ily, Av, dan Miss Selena. Raib, Seli, Ali dan Miss Selena dapat berbicara menggunakan bahasa Klan Bumi. Semua dapat menggunakan bahasa Klan Bulan, kecuali Seli. Sebaliknya, hanya Seli yang mampu menggunakan bahasa Klan Matahari. Jadi Ily dan Av tidak dapat berkomunikasi dengan Seli tanpa translator. Namun, ada sesi ketika Ily dan Seli hanya berdua sedang mengobrol. Bagaimana bisa? Ketiga, sedikit bisa ditebak. Buku satu dan dua berawal di dunia Klan Bumi, tetapi latar utama di dunia lain. Buku pertama berjudul Bumi, latar utama di dunia Klan Bulan. Buku kedua berjudul Bulan, latar utama di dunia Matahari. Buku ketiga berjudul Matahari, dan saya tebak latar utama akan berada di dunia Klan Bintang. Benarkah?
Apakah pendapat saya ini salah atau benar? Coba buktikan saja dengan membaca novel Bulan. Dijamin seru dan ketagihan terus membaca. Sampai sekarang saya ingin lanjut terus membaca buku ketiga yang berjudul Matahari. Kalau kamu penasaran seperti apa sih pendapat saya tentang buku pertama Bumi, baca di sini.
Terakhir, himbauan dari saya. Jangan membaca buku ini dalam keadaan sibuk atau terputus-putus. Akan mengurangi esensi cerita dan keseruannya. Apakah Raib dan kawan-kawan mampu menyelamatkan diri dari kejinya kompetisi ini? Pastikan kamu membaca buku yang orisinil untuk menghargai karya penulis.

Salam.

Jumat, 24 Agustus 2018

Resensi Novel : BUMI karya TERE LIYE


Judul                  : Bumi
Pengarang           : Tere Liye
Penerbit              : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit       : 2014
Tebal                  : 440 halaman

Siapa yang tak kenal dengan penulis kondang, Tere Liye. Hampir semua novel karyanya laris di pasaran. Tak hanya genre romansa. Tere Liye membuktikan diri mampu membius pembaca dengan genre lainnya, seperti: keluarga, religi, politik, juga fantasi.
Kali ini saya akan membahas sekuel pertama kisah fantasi berjudul Bumi. Sebelum membaca sinopsis, saya menduga-duga. Apakah buku ini membahas tentang asal muasal terbentuknya salah satu planet di tata surya, tempat tinggal kita, bumi? Atau membahas segala hal mengenai bumi? Bukankah terlalu banyak kisah yang menceritakan kehidupan bumi? Oke, saya lanjutkan membaca sinopsis.
Di situlah saya baru memahami bahwa novel ini bergenre fantasi setelah membaca kalimat, “Dan aku bisa menghilang.” Secara realita, manusia bisa menghilang dalam artian harfiah, merupakan sesuatu yang amat mustahil. Melalui sinopsis, Tere Liye mampu menarik perhatian pembaca dengan satu kata “menghilang”. Menarik bukan?
Cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama, tokoh utama bernama Raib, gadis berusia 15 tahun. Pemilihan nama ini saja sudah cukup aneh untuk perempuan. Seaneh kemampuan dan karakternya. Jika kebanyakan orang suka menunjukkan kemampuan spesialnya kepada orang lain, berbeda dengan Raib atau yang sering disapa Ra. Ia menyadari memiliki kemampuan yang tak dimiliki orang di sekitarnya sejak berusia 22 bulan, yaitu menghilang. Gadis periang itu memilih untuk menyimpan rapat kemampuannya agar terlihat normal. Bahkan orang tuanya menghadapi segala keanehan Ra sambil lalu. Termasuk kehadiran dua kucing kesayangan Ra, si Putih dan si Hitam, yang tak pernah ada dua ekor menurut orang tuanya.
Adegan tentang kehidupan keluarga dan sekolahnya berjalan dengan sangat natural. Beberapa hal dapat dijadikan teladan bagi para pembaca. Misalnya, adanya komunikasi antar anggota keluarga di dalam rumah dan upaya Papa Ra untuk lebih dekat dengan keluarga kecilnya di tengah kesibukan pekerjaan yang luar biasa padat. Setidaknya, memberikan pelajaran tentang arti interaksi sosial sehingga meminimalisir pembentukan pribadi yang individualme.
Begitu pula kehidupan di sekolah. Raib dan sahabatnya, Seli, seperti kebanyakan remaja pada umumnya. Memiliki guru dan mata pelajaran favorit, yakni Mr. Theo yang mengajarkan bahasa Inggris. Sebaliknya, mata pelajaran matematika yang diampu oleh Miss Selena atau yang biasanya mereka sebut Miss Keriting, seringkali membuat para siswa ketakutan. Kehadiran sosok Ali pada awalnya terlihat antagonis. Dengan karakter yang urakan, sok tahu, pemarah sekaligus jenius. Raib dan Seli memilih menjauh dari Ali untuk menghindari masalah. Sialnya, Ali mengetahui kemampuan Raib saat mereka berdua mendapat hukuman. Ali yang memiliki rasa keingintahuan tinggi terus mendesak Raib untuk mengakui kemampuannya.
Kemampuan Ra mulai terlihat satu per satu semenjak munculnya jerawat di dahi. Beserta munculnya sosok misterius di cermin kamarnya, Tamus. Lelaki itu mengungkapkan sesuatu yang sulit dipercayai, tentang siapa sebenarnya Raib dan asal muasalnya. Berbagai kejadian terjadi, menunjukkan kemampuan Ra yang lebih besar. Dan kemampuan lain dari orang yang tak terduga, Seli dan Ali.
Upaya Tamus mendapatkan Raib berujung pada perkelahian yang hebat. Dengan bantuan Miss Selena, tiga remaja itu berhasil meloloskan diri dari kejaran Tamus dan anak buahnya. Mereka menggunakan satu-satunya petunjuk dari Miss Selena untuk menyelamatkan diri ke dunia lain. Di dunia lain yang sangat aneh itu mereka bertemu dengan tuan rumah, Ilo. Ilo yang baik hati membantu mereka bertiga menemukan jati diri serta melawan ambisi Tamus.
Tamus di bawah bayang-bayang ‘Si Tanpa Mahkota’ berusaha menguasai keempat dimensi bumi yang terdiri dari Klan Bumi, Klan Bulan, Klan Matahari, dan Klan Bintang. Apabila ‘Si Tanpa Mahkota’ dapat berkuasa, maka dipercayai terjadinya perang antar dimensi dan kehancuran peradaban bumi.
Dalam cerita ini, pembaca akan dimanjakan dengan imajinasi liar penulis. Bagaimana menggambarkan keadaan sekitar, situasi dunia lain yang membuat kita melongo, lengkap dengan karakter dunia lain yang hampir mirip alien. Pembaca dituntut untuk turut menggunakan imajinasinya agar dapat menangkap gambaran yang dituliskan oleh Tere Liye. Sebenarnya, cara penyampaian penulis tidak cukup sulit. Ia dapat menggambarkan situasi dengan rangkaian kalimat yang mudah dimengerti.
Terakhir, sebelum membaca novel ini, harap menyediakan waktu cukup luang. Karena selesai membaca satu bab, pembaca akan dibuat penasaran membaca bab selanjutnya, dan seterusnya, dan seterusnya. Apakah Raib, Seli dan Ali berhasil mencegah ambisi Tamus? Baca selengkapnya novel Bumi  dan pastikan membeli buku yang asli untuk menghargai karya penulis.

Salam.

Minggu, 18 Maret 2018

WISATA ALAM JOGJA LANTAI DUA, PANTAI KEBHINEKAAN

Indonesia, never ending destination, begitulah aku menyebutnya. Di setiap sudut Indonesia terdapat destinasi wisata yang menarik. Mulai dari Sabang hingga Merauke terdapat wisata alam, wisata religi, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata edukasi. Saya sebagai warga negara Indonesia tak pernah merasa puas untuk menikmati kekayaan luar biasa ini. Entah alasan apa Allah menciptakan Indonesia dengan segala kenikmatan. Jika ingin merasakan indahnya surga dunia, jelajahi Indonesia. Negara yang memiliki 34 provinsi ini disebut juga dengan negara maritim karena dua per tiga bagiannya merupakan wilayah laut.
Aku lahir dan besar di salah satu kabupaten kecil di sisi selatan Jawa Timur, Tulungagung, atau biasa disebut dengan kota marmer. Berpetualang menjadi salah satu dari sekian hobiku. Meskipun telah menjajaki beberapa tempat wisata sejak sekolah menengah, rasa puas itu belum ada. Hingga saya memutuskan untuk mengambil pendidikan tinggi di sebuah kota yang memiliki kelima jenis wisata.
Kota ini memiliki banyak sebutan; kota pelajar, kota budaya, kota gudeg, dan sebutan lain yang mungkin belum aku ketahui. Ya, mana lagi kalau bukan Yogyakarta. Sejak menginjakkan kaki di tanah ini, sudah lumayan banyak tempat yang aku kunjungi. Namun, setelah enam tahun berjalan, baru aku merasa perlu menuliskan perjalananku ini. Apakah terlambat untuk mulai berbagi cerita? Kata orang, tidak ada kata terlambat. Jadi, aku akan mulai bercerita perjalananku hari ini, lengkap dengan biaya yang kukeluarkan agar bisa menjadi referensi pembaca jika nantinya mencoba berkunjung.
Bertepatan pada hari Sabtu, 17 Maret 2018, kalender nasional memberikan tinta merah untuk memperingati Hari Raya Nyepi. Kesempatan ini aku gunakan untuk sedikit menyegarkan otak dari rutinitas harian. Sejak satu minggu yang lalu aku sudah menandai beberapa pantai di Kabupaten Gunung Kidul atau yang biasa disebut dengan ‘Jogja Lantai Dua’, tepatnya di Desa Kanigoro Kecamatan Saptosari.
Aku tidak sendiri, ditemani oleh Mbak dan suaminya, kami berangkat dari Kabupaten Bantul. Perlu waktu kurang lebih dua jam untuk tiba di tempat tujuan. Jika berangkat dari Kota Yogyakarta akan menempuh waktu yang tidak jauh berbeda. Pagi hari cuaca cerah sangat mendukung. Seakan sengaja membuat kami tenggelam dalam kenikmatan suasana. Memasuki Jalan Wonosari, jalanan sedikit demi sedikit menanjak. Sampai bertemulah kami pada jalanan berliku, lalu menyempit dan curam. Bergitulah kira-kira kondisi perjalanan yang harus ditempuh. Belum lagi jika hari libur seperti ini, harus ekstra sabar menghadapi kemacetan. Beruntung kami mengetahui jalan alternatif bebas hambatan, sehingga perjalanan lebih cepat. Di setiap sisi jalan, alam menyuguhkan pemandangan yang menyejukkan mata. Rimbunan pohon dan bentang sawah nan hijau menjadi panorama utama.
Jangan lupa ketika melewati loket harus membayar tiket masuk wisata. Tidak mahal, cukup membayar Rp 5.000,- / orang kami bisa menikmati empat pantai sekaligus. Sangat murah bukan? Tempat pertama yang kami datangi adalah Pantai Ngrenehan. Tiba di tempat itu, kami disuguhi deretan perahu nelayan yang terparkir rapi di atas pasir. Ombaknya cenderung tenang karena diapit oleh dua karang raksasa.

Gambar. Ikon Pantai Kebhinekaan


Gambar. Pantai Ngrenengan - Deretan perahu nelayan

Gambar. Pantai Ngrenehan - Diapit oleh dua karang raksasa

Gambar. Pantai Ngrenehan - Pemandangan 360 derajat

Beberapa orang terlihat berenang bebas tanpa ada pengawasan dari penjaga pantai. Ah, aku tidak sabar untuk segera berbasah ria. Benar saja, air yang tak terlalu banyak bergerak itu memberikan keamanan pada perenang pemula sepertiku. Eits… tapi jangan lengah. Meskipun angin tidak terlalu kencang, aliran air yang terlihat tenang diam-diam bisa menghanyutkan. Terbukti, saat terlalu asyik berenang, tanpa sadar aku telah berada jauh dari bibir pantai. Kakiku bahkan tak bisa menyentuh dasar laut, membuatku sedikit panik. Aku bergegas berenang ke tepi sebelum tenagaku habis untuk bertahan di air. Maklum, perenang amatir dan sangat pemula. Dari kejadian inilah aku bertekad untuk melatih terus kemampuan berenangku agar dapat menyelam melihat terumbu karang suatu saat nanti. Nah, bagi para pemula sepertiku, sebaiknya jaga posisi tak jauh dari bibir pantai atau pastikan selalu dalam pengawasan ahli.
Tak puas hanya dengan berenang. Rayuan para nelayan untuk menaiki perahunya sukses membuat kami luluh. Hanya dengan membayar Rp 25.000,- / orang, kami dapat menaiki perahu nelayan untuk mengelilingi lautan. Awalnya aku sedikit takut karena ini adalah pertama kalinya di atas jutaan liter air laut. Berkat angin yang tidak berhembus terlalu kencang, perahu kecil itu bisa melaju dengan tenang. Meskipun pengemudi menjamin keamanan dan keselamatan, jangan lupa pula memastikan pelampung terpasang kuat di badan untuk berjaga-jaga apabila terjadi hal yang tak diinginkan.

Gambar. Pantai Ngrenehan - Penumpang perahu nelayan

Gambar. Pantai Ngrenehan – Pemandangan dari tengah laut


Gambar 5. Pantai Ngrenehan – Garis batas langit dan air

Angin seakan menghipnotisku, tanpa sadar kami telah berada beberapa kilometer dari bibir pantai. Dari tengah laut kami dapat melihat tiga pantai lain yang telihat tak kalah menarik. Saat itu aku berharap ada burung camar beterbangan di atas kami, lumba-lumba yang meloncat kesana-kemari, atau mungkin ikan yang dapat terlihat dari permukaan. Hahaha… Sayangnya satupun tak dapat kutemukan. Hanya portrait air dan langit biru yang mendominasi pemandangan. Sekitar lima belas menit kemudian, kemudi membalikkan arah dan kami tiba di bibir pantai.
Tanpa terasa waktu berlalu teramat cepat. Memasuki tengah hari, alarm alam berbunyi di perut. Menandakan kami harus istirahat dan mengisi tenaga. Kami sepakat untuk menikmati makan siang di pantai selanjutnya. Sebelum pergi, jangan lupa untuk membayar jasa parkir Rp 5.000,- / mobil.
Sekitar lima menit kemudian kendaraan kami tiba di Pantai Ngobaran. Di pantai ini, angin lebih kencang dan ombak beriak.

Gambar 6. Pantai Ngobaran

Gambar 7. Pantai Ngobaran

Tempat yang tepat untuk kami menikmati santap siang. Kebetulan Mbak memasak makanan yang sangat lezat pagi ini, sengaja membawanya sebagai bekal makan siang, terlepas dari banyaknya makanan yang dijual oleh para pedagang. Hijaunya kelapa muda membuatku tergiur untuk meminumnya, hanya perlu merogoh kocek Rp 10.000,- / buah. Makan siang, es kelapa muda, dan kurang lengkap rasanya jika tidak menyicipi aneka makanan laut yang telah digoreng krispi. Lantas aku membeli ikan balur krispi yang sangat nikmat, gurih dan renyah seharga Rp 15.000,- / 250 gram. Berhubung ikan balur krispi itu ringan, jadi 250 gram sudah cukup banyak untuk dinikmati bertiga. Selesai makan, tak lupa kami menunaikan ibadah shalat Dzuhur karena adzan telah berkumandang. Seasyik apapun berpetualang, jangan lupa bersyukur dan melaksanakan perintah Sang Pencipta alam semesta.
Setelah tubuh mendapatkan tenaganya, kami kembali menikmati nuansa alam. Air yang surut menampakkan aneka tumbuhan dan hewat laut. Ada sensani tersendiri ketika telapak kaki menyentuh karang yang dilapisi oleh alga. Di sini, penjual menawarkan jaring dan ember kecil seharga Rp 10.000,- / set untuk menangkap ikan-ikan kecil. Tak hanya anak kecil, orang dewasa pun turut berlomba mendapatkan ikan. Ikan-ikan kecil ini sangat gesit, membuat orang kuwalahan untuk menangkapnya. Ah, selain ikan ada juga hewan lain seperti bintang laut, bulu babi, dan lain-lain.


Gambar. Pantai Ngobaran – Jaring dan ember

Gambar. Pantai Ngobaran - Berburu ikan

Gambar. Pantai Ngobaran - Bintang laut

Gambar. Pantai Ngobaran – Patung dan Bangunan Hindu

Perjalanan kami berlanjut ke Pantai Nguyahan tak jauh dari Pantai Ngobaran. Cukup berjalan kaki selama sepuluh menit dan sekali lagi pemandangan indah menyambut kami. Pantai ini tak jauh berbeda dengan pantai sebelumnya. Di sini, pengunjung juga dapat berburu ikan dan melihat beberapa biota laut.

Gambar. Pantai Nguyahan

Gambar. Pantai Nguyahan – Pemandangan 360 derajat

Gambar. Pantai Nguyahan – Garis batas langit dan pantai

Kumandang adzan Ashar mengingatkan kami akan waktu yang terlupakan. Tiba saatnya keluar dari air laut dan kembali menghadap Sang Pencipta. Tak lama selesai ibadah shalat Ashar, cahaya mentari semakin tertutup oleh mendung. Kami terpaksa bergegas meninggalkan tempat indah ini. Jika ingin tahu biaya parkir, yakni senilai Rp 10.000,- / mobil.
Tak berselang lama, tetesan air langit mengguyur kami. Beruntung kami telah berada di dalam mobil. Sepanjang perjalanan pulang kami terpaksa menerobos samar-samar jalan yang tertutup air hujan. Kami harus ekstra hati-hati, melewati jalan berliku, curam, dan tentu saja licin. Jika ragu melewati kondisi seperti ini, sebaiknya menepi dan menunggu hujan reda.

Gambar. Penglihatan jalan samar-samar

Demikian cerita perjalanan hari ini. Dalam kondisi dan situasi apapun tak kan membuatku jera untuk melanjutkan petualangan. Semua foto yang dilampirkan merupakan dokumentasi pribadi hasil jepretan fotografer abal-abal hanya dengan menggunakan kamera ponsel. Harap dimaklumi, haha….
Terima kasih telah menyempatkan diri membaca. Sampai jumpa di episode jalan-jalan selanjutnya.


Resensi Film : SERENDIPITY

Judul           : Serendipity Rilis            : 9 Agustus 2018 Genre         : Drama/Romance Sutradara   : Indra Gunawan Negar...