Jumat, 24 April 2020

Resensi Film : BAD GENIUS




Judul          : Bad Genius (Chalard Games Goeng)
Rilis           : 2017
Produksi     : Jor Kwang Films
Sutradara   : Nattawut Poonpiriya
Negara       : Thailand

Film ini tidak terlalu booming di Indonesia. Namun, saya sangat merekomendasikan. Karena ceritanya sangat ‘wow’ gila dan luar biasa. Selain itu, film ini juga berhasil meraih beberapa penghargaan di Thailand.

Lynn (Chutimon Chuengcharoensukying) adalah siswa SMA yang sangat super duper jenius sehingga mampu mendapatkan beasiswa penuh di sebuah sekolah elit. Sayangnya, ia tidak terlalu pandai bergaul. Namun, Grace (Eisaya Hosuwan) mendekatinya tulus sebagai teman. Grace selalu mendapatkan masalah dalam hal akademik. Sedangkan club drama yang dia inginkan mensyaratkan nilai tertentu untuk bergabung. Dengan terpaksa, Lynn membantu sahabatnya mendapatkan jawaban saat ujian berlangsung.

Selanjutnya, tidak hanya Grace yang menginginkan contekan. Pacar Grace, Pat (Teeradon Supapunpinyo), seorang anak pengusaha tajir melintir, dan teman-temannya. Berdasarkan hitungan matematis gaji yang akan diterima, Lynn bersedia. Ia membuat kode piano sebagai alat komunikasi saat ujian.

Suatu ketika, Lynn dan siswa lain bernama Bank (Chanon Santinatornkul) terpilih mengikuti lomba cerdas cermat Teen Genius. Bank ternyata tidak kalah jenius dibanding Lynn. Dia adalah teman sekelas Lynn yang tidak pernah terekspos karena sangat pendiam.

Berita tentang ‘les piano’ akhirnya menyebar ke siswa lain. Kini tidak hanya Grace dan teman-temannya yang berguru pada Lynn, melainkan hampir semua siswa sekelas menginginkannya demi ujian akhir kelulusan. Lynn berpikir, dia akan kaya mendadak.

Ujian dimulai, semuanya berjalan sesuai rencana hingga beberapa masalah muncul. Tanpa diduga, ujian kali ini menyediakan dua paket yang berbeda. Selain itu, Bank yang curiga atas kecurangan seorang siswa, memberi peringatan pada Lynn dan guru pengawas. Sekali lagi, berkat kejeniusan Lynn, semua siswa berhasil menyelesaikan ujian dengan baik. Masalah baru timbul, berkat Bank berita kecurangan Lynn dan teman-temannya sampai ke telinga Kepala Sekolah. Gadis itu terpaksa harus melepas kesempatan beasiswa kuliah ke luar negeri dan menghadapi kekecewaan ayahnya. Ia bertekad, akan berhenti dari pekerjaan kotor ini.

Namun, Grace dan Pat datang kembali dengan sebuah pemohonan yang sulit ditolak oleh Lynn. Membantunya lulus ujian STIC untuk masuk ke Universitas Boston. Dengan segala dilema, Lynn menyetujuinya dan membuat skenario. Kali ini Lynn memikirkan sesuatu yang sangat besar. Keserakahannya mulai muncul. Dia menargetkan hasil uang yang sangat banyak dengan mencari puluhan peserta lain untuk bergabung. Rencana kali ini tidaklah mudah. Mengingat bahwa ujian dilaksanakan serentak di berbagai negara pada zona waktu masing-masing. Lynn memiliki ide yang sangat brilian, yaitu ia harus mengikuti ujian di Australia. Kali ini tidak sendiri, ia mengajak Bank untuk bergabung dalam timnya.

Konflik baru muncul. Mematahkan prinsip Bank yang melakukan semua hal dengan jujur dan bersih, menembus keamanan ujian yang sangat ketat, dan -- waktu. Di sinilah keseruan dari film ini.

Jika kalian ingin mempelajari ilmu menyontek, tontonlah film ini. Hahaha... Saya yakin, hanya satu dari sejuta orang yang bisa mengambil posisi Lynn. Tapi saya harap, semua hal buruk di film ini tidak dicontoh. Ambillah sisi positifnya.

Di luar itu semua, saya membayangkan jika sistem ujian di Indonesia bisa meniru film ini. Meninggikan kejujuran dalam belajar. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Ujian Nasional di Indonesia sangat ‘luar biasa keren’. Kunci jawaban tersebar dengan mudah saat ujian, guru pengawas sudah kongkalikong dengan kepala sekolah untuk membiarkan para siswa menyontek. Siswa unggul diberikan ‘bisikan’ agar memberikan jawaban kepada siswa lain. Nilai yang keluar adalah nilai dengkul, karena otaknya didengkul (lutut). Hahaha... Maaf, saya terbawa emosi. Pada intinya, hal terpenting dalam sekolah adalah proses belajar, bukan nilai rapor. Hidupmu lima puluh tahun ke depan tergantung dari proses belajar. Sedangkan nilai rapor hanya digunakan untuk naik ke satu level.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Resensi Film : SERENDIPITY

Judul           : Serendipity Rilis            : 9 Agustus 2018 Genre         : Drama/Romance Sutradara   : Indra Gunawan Negar...