Judul : Bad
Genius (Chalard Games Goeng)
Rilis :
2017
Produksi : Jor Kwang Films
Sutradara : Nattawut Poonpiriya
Negara : Thailand
Film ini tidak terlalu booming di Indonesia. Namun, saya sangat
merekomendasikan. Karena ceritanya sangat ‘wow’ gila dan luar biasa. Selain
itu, film ini juga berhasil meraih beberapa penghargaan di Thailand.
Lynn (Chutimon Chuengcharoensukying) adalah
siswa SMA yang sangat super duper jenius sehingga mampu mendapatkan beasiswa
penuh di sebuah sekolah elit. Sayangnya, ia tidak terlalu pandai bergaul.
Namun, Grace (Eisaya Hosuwan) mendekatinya tulus sebagai teman. Grace selalu
mendapatkan masalah dalam hal akademik. Sedangkan club drama yang dia inginkan
mensyaratkan nilai tertentu untuk bergabung. Dengan terpaksa, Lynn membantu
sahabatnya mendapatkan jawaban saat ujian berlangsung.
Selanjutnya, tidak hanya Grace yang
menginginkan contekan. Pacar Grace, Pat (Teeradon Supapunpinyo), seorang anak
pengusaha tajir melintir, dan teman-temannya. Berdasarkan hitungan matematis
gaji yang akan diterima, Lynn bersedia. Ia membuat kode piano sebagai alat
komunikasi saat ujian.
Suatu ketika, Lynn dan siswa lain bernama
Bank (Chanon Santinatornkul) terpilih mengikuti lomba cerdas cermat Teen
Genius. Bank ternyata tidak kalah jenius dibanding Lynn. Dia adalah teman
sekelas Lynn yang tidak pernah terekspos karena sangat pendiam.
Berita tentang ‘les piano’ akhirnya
menyebar ke siswa lain. Kini tidak hanya Grace dan teman-temannya yang berguru
pada Lynn, melainkan hampir semua siswa sekelas menginginkannya demi ujian
akhir kelulusan. Lynn berpikir, dia akan kaya mendadak.
Ujian dimulai, semuanya berjalan sesuai
rencana hingga beberapa masalah muncul. Tanpa diduga, ujian kali ini
menyediakan dua paket yang berbeda. Selain itu, Bank yang curiga atas
kecurangan seorang siswa, memberi peringatan pada Lynn dan guru pengawas.
Sekali lagi, berkat kejeniusan Lynn, semua siswa berhasil menyelesaikan ujian
dengan baik. Masalah baru timbul, berkat Bank berita kecurangan Lynn dan
teman-temannya sampai ke telinga Kepala Sekolah. Gadis itu terpaksa harus
melepas kesempatan beasiswa kuliah ke luar negeri dan menghadapi kekecewaan
ayahnya. Ia bertekad, akan berhenti dari pekerjaan kotor ini.
Namun, Grace dan Pat datang kembali dengan
sebuah pemohonan yang sulit ditolak oleh Lynn. Membantunya lulus ujian STIC
untuk masuk ke Universitas Boston. Dengan segala dilema, Lynn menyetujuinya dan
membuat skenario. Kali ini Lynn memikirkan sesuatu yang sangat besar.
Keserakahannya mulai muncul. Dia menargetkan hasil uang yang sangat banyak
dengan mencari puluhan peserta lain untuk bergabung. Rencana kali ini tidaklah
mudah. Mengingat bahwa ujian dilaksanakan serentak di berbagai negara pada zona
waktu masing-masing. Lynn memiliki ide yang sangat brilian, yaitu ia harus
mengikuti ujian di Australia. Kali ini tidak sendiri, ia mengajak Bank untuk
bergabung dalam timnya.
Konflik baru muncul. Mematahkan prinsip
Bank yang melakukan semua hal dengan jujur dan bersih, menembus keamanan ujian
yang sangat ketat, dan -- waktu. Di sinilah keseruan dari film ini.
Jika kalian ingin mempelajari ilmu
menyontek, tontonlah film ini. Hahaha... Saya yakin, hanya satu dari sejuta
orang yang bisa mengambil posisi Lynn. Tapi saya harap, semua hal buruk di film
ini tidak dicontoh. Ambillah sisi positifnya.
Di luar itu semua, saya membayangkan jika
sistem ujian di Indonesia bisa meniru film ini. Meninggikan kejujuran dalam
belajar. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Ujian Nasional di Indonesia sangat ‘luar
biasa keren’. Kunci jawaban tersebar
dengan mudah saat ujian, guru pengawas sudah kongkalikong dengan kepala sekolah untuk membiarkan para siswa
menyontek. Siswa unggul diberikan ‘bisikan’ agar memberikan jawaban kepada
siswa lain. Nilai yang keluar adalah nilai dengkul, karena otaknya didengkul
(lutut). Hahaha... Maaf, saya terbawa emosi. Pada intinya, hal terpenting dalam
sekolah adalah proses belajar, bukan nilai rapor. Hidupmu lima puluh tahun ke
depan tergantung dari proses belajar. Sedangkan nilai rapor hanya digunakan
untuk naik ke satu level.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar