Jumat, 03 Januari 2020

Resensi Film : HIDARIKIKI NO EREN

Sumber: asianwiki.com


Judul           : Hidarikiki no Eren (Eren si Kidal)
Rilis            : 2019 - 2020
Genre         : Drama
Produser     : Yuko Goto
Penulis       Kappy (webcomic), Nonji Nemoto
Network      : TBS, MBS
Negara       : Jepang



Hidarikiki no Eren merupakan drama Jepang yang diadaptasi dari serial komik yang berjudul sama. Drama 10 episode ini memiliki tema dan alur cerita yang cukup unik. Sebelum menonton saya peringatkan untuk fokus, karena memiliki alur maju-mundur yang lumayan cepat.

Berkisah tentang dunia seni. Seniman dibagi menjadi 2 kategori: berbakat dan berusaha belajar. Dua kategori ini diwakili oleh 2 tokoh utama, bernama Eren Yamagishi (Elaiza Ikeda) dan Koichi Asakura (Fuju Kamio). Cerita ini berada pada sudut pandang Koichi Asakura, seorang desainer grafis sebuah perusahaan iklan ternama di Jepang. Sebagai pegawai junior, ia bekerja sangat keras mengeluarkan seluruh kemampuan dan tenaganya dalam setiap proyek yang diberikan. Ia mulai stres dan hampir frustasi ketika semua usaha kerasnya yang telah mendapatkan goal dari klien justru tidak mendapatkan apresiasi dari jajaran direksi. Direksi memiliki sudut pandang tersendiri dengan memikirkan berbagai aspek, salah satunya adalah marketing. Ego Koichi mulai membakar emosinya. Hingga seorang senior sekaligus mentornya Yusuke Kamiya (Huwie Ishizaki) dan rekan kerjanya sebagai copy writer Yurina Mitsuhashi (Yui Imaizumi) membuka matanya. Pikiran Koichi kembali pada masa SMA dimana ia bertemu dengan seorang seniman yang sangat ia kagumi, seseorang yang membuatnya mampu melangkah sejauh ini, Eren Yamagishi.

Eren memiliki bakat seni lukis semenjak kecil. Bakat tersebut diturunkan dari ayahnya yang juga merupakan seorang pelukis. Saat kecil Eren sangat gila melukis, tenggelam dalam dunianya sendiri. Hingga sebelum mendengar berita ayahnya meninggal bunuh diri, dia tetap terpaku pada kesibukannya. Semenjak kematian ayahnya, ia pun mengalami trauma berat dan berhenti melukis.

Seni telah menghubungkan Eren dan Koichi dengan cara yang unik. Eren membenci semua karya Koichi yang menurutnya sangat payah. Ia memandang Koichi sebagai seorang seniman yang tidak berbakat. Gadis itu terus menatap Koichi dengan penuh kebencian, merusak apapun karya Koichi. Tanpa menolak semua tindakan Eren, Koichi justru merasa semakin kagum dan termotivasi untuk terus membuat karya yang lebih baik. Sahabat Koichi, Sayuri Kato (Yurika Nakamura) yang memiliki perasaan lebih terhadap Koichi selalu berada di samping lelaki itu untuk memberikan dukungan. Sayangnya, Koichi terlalu terobsesi untuk mendapat pengakuan Eren, tidak memikirkan perasaan Sayuri.

Di lain waktu, ketika Koichi sedang mengatur sebuah pemotretan, kedatangan seorang model cantik membuat dunia Koichi berhenti sejenak. Akari Kishi (Arisa Yagi), model papan atas yang percaya bahwa ia akan meninggal pada usia 27 tahun. Tak hanya Koichi, Eren pun turut terpaku ketika Akari mulai menggerakkan tubuhnya di depan kamera. Saat itu pula, Eren memutuskan... "Aku akan melukismu". Waktu berjalan dengan cepat, secepat  Akari meluluhkan hati Koichi. Dan, secepat runtuhnya obsesi Eren untuk melukis Akari. Ia memilih untuk pergi dan menghilang dari kehidupan dua orang tersebut.

Semua kembali pada kehidupan masing-masing. Koichi sebagai desainer grafis, Eren merintis karir di New York bersama Sayuri, dan Akari yang terus mengejar ambisinya sebelum meninggal beberapa tahun lagi. Karir Koichi semakin melejit berkat kerja keras dan kemampuannya belajar. Sedangkan Eren, dunianya terhenti.

Beberapa tahun berlalu, berbagai situasi yang terjadi mengarah pada suatu titik yang mempertemukan mereka kembali. Apakah kali ini Koichi bisa membuktikan perjuangannya terhadap para seniman berbakat?

Biasanya saya tidak terlalu suka film live action yang diadaptasi dari komik. Komik memiliki ciri khas hiperbola. Sedangkan film live action merupakan bentuk realita kehidupan. Ketika keduanya digabungkan, saya merasa sulit untuk merasakan adanya kecocokan. Selain itu, umumnya hasil akhir film live action tidak sesuai dengan ekspektasi pembaca komik.

Beruntung saya belum pernah membaca versi komiknya. Terlepas dari itu semua, saya sangat menyukai garis besar film ini. Menunjukkan pada kita wawasan tentang berbagai macam seni; lukis, grafis, modelling, dan fotografi. Seni tidak akan memiliki nilai komersil tanpa ada aspek lain, yakni; marketing, managemen, dll. Jadi, mana yang akan mencapai kesuksesan tertinggi, orang berbakat atau orang yang berusaha untuk belajar?

"Untuk semua orang yang tidak bisa menjadi jenius."

Resensi Film : SERENDIPITY

Judul           : Serendipity Rilis            : 9 Agustus 2018 Genre         : Drama/Romance Sutradara   : Indra Gunawan Negar...