Judul : Dilema
Rilis : 2012
Produser :
Wulan Guritno, Adilla Dimitri
Sutradara :
Robert Ronny, Robby Ertanto Soediskam, Adilla Dimitri
Penulis :
RAW / ART
Produksi :
WGE Picture
Industri perfilman di Indonesia sedang naik daun beberapa
tahun terakhir. Tentu saja dalam dunia dagang ada berbagai macam kualitas
produk. Salah satu film favorit saya adalah Dilema yang telah rilis enam tahun
silam. Dilema tidak hanya sebagai judul, tapi juga tema cerita dari 5 subcerita
di dalamnya. Film ini menceritakan tentang Jakarta dari beberapa sudut pandang
dan memiliki ending yang sangat tak
terduga. Dikemas secara apik di bawah produser Wulan Guritno dan Adilla Dimitri.
Beberapa aktor dan aktris terbaik Indonesia turut serta menambah kekuatan dan
daya tarik.
Berikut akan saya ulas satu per satu subcerita:
1
- Rendezvous
Menceritakan seorang gadis kaya raya
bernama Dian (Pevita Pearce) yang mengasingkan diri di Bali. Ia kabur
menyembunyikan diri dari jangkauan ayahnya setelah kematian ibunda tercinta. Di
tengah kesendiriannya di tepi pantai, beberapa orang mengajaknya untuk ikut
berpesta ria. Awalnya saya kira dia gadis baik-baik karena menolak ‘pesta’.
Namun, bujukan seorang Rima (Wulan Guritno) melemahkannya. Wanita tomboy itu
mampu membuat Dian nyaman menceritakan kesedihannya. Tidak hanya sekadar
kenyamanan yang diberikan Rima, dia dengan mudah membujuk Dian melanggar
prinsipnya, meminum pil untuk ‘bersenang-senang’.
Raymond sang pemilik pesta puas dengan
kinerja Rima yang mampu memeras kantong Dian, seperti para penikmat pesta yang
lain. Uang tak pernah menjadi masalah bagi gadis cantik itu. Hingga akhirnya,
nyawa Raymond dan Rima terancam setelah mengetahui siapa sebenarnya Dian. Apa
yang akan terjadi?
Di sini saya sangat kagum dengan peran
Wulan Gurtino, sangat jauh dengan karakter aslinya yang cenderung seksi dan
feminin. Sepertinya ia sengaja menaikkan berat badannya beberapa kilo dan
memangkas pendek rambutnya demi totalitas. Mungkin juga itu hanyalah trik
wardrobe dan make up, cek saja jika penasaran.
2. Garis Keras
Terdapat suatu kelompok Islam radikal di jakarta. Penggeraknya bernama Said (Winky
Wirawan) dan Ibnu (Baim Wong). Mereka berdua memimpin pengikutnya
untuk melakukan demo di sebuah masjid besar yang diduga memiliki kepercayaan adanya nabi
setelah Muhammad SAW.
Ibnu menyadari bahwa kelompoknya menggunakan cara yang salah. Said dan Ibnu berseteru karena
adanya perbedaan pendapat. Ibnu memilih keluar dari kelompok tersebut. Kini
Said terpaksa memimpin seorang diri. Seorang bodyguard (Verdi Solaiman) datang ke rumah Said menyampaikan pesan
dari atasan yang disebut 'Bapak'. 'Bapak' meminta Said untuk meledakkan masjid
besar di depan rumahnya. Pria itu memaksa Said melakukan pengeboman besok
subuh, jika tidak ia akan membunuh anak semata wayang Said.
Melalui cerita ini saya menduga, bahwa
kemungkinan terjadinya kerusuhan di tanah air kita karena adanya ‘Dalang’ yang
membayar atau mengancam provokator. Tujuannya banyak hal, seperti; pengalihan
isu, adu domba, menghancurkan citra suatu kelompok, mengambil kesempatan dalam
kesempitan, dan banyak hal lain yang secara keseluruhan berujung pada
kekuasaan. Tugas kita adalah berpikir secara rasional, tidak mudah terpengaruh,
dan tetap berada di jalan-Nya. InsyaAllah
Dia akan memberikan petunjuk.
Akankah Said membunuh orang-orang yang
tengah menjalankan ibadah?
3. The Officer
Brigadir Aryo Sustoyo (Ario Bayu), seorang
polisi yang baru naik pangkat dan dipindahtugaskan dari Sumatera Utara. Ia
melaksanakan tugas pertamanya di Jakarta bersama seorang Inspektur senior
bernama Bowo Wicaksono (Tio Pakusadewo). Aryo berusaha pendekatan dengan atasan
barunya. Sayangnya, usaha Aryo tak mendapat respon baik dari Bowo.
Tempat yang mereka datangi pertama kali adalah aksi demo
kelompok Islam di sebuah masjid besar bersama polisi-polisi lain. Kerusuhan
terjadi antara para pendemo dan aparat kepolisian. Selanjutnya, mereka mendapat
tugas untuk meringkus suatu tempat perjudian. Bowo meminta Aryo menunggu di luar.
Sementara ia dan timnya menyerbu masuk tempat itu. Tanpa memerlukan waktu lama,
semua orang di dalam tempat itu berhasil diringkus.
Aryo yang tak sabar menunggu sendiri di
luar masuk ke dalam. Ia melihat seseorang di antara para penjudi adalah orang
yang ia kenal, ayahnya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain melihat ayahnya
dibawa polisi beserta para penjudi lain.
Cerita ini menunjukkan realita oknum polisi
yang melakukan kong-kalikong dengan mafia demi uang. Juga adanya penyalahgunaan
jabatan untuk memanipulasi hukum. Namun, jika dilihat dari sisi kemanusiaan,
oknum polisi tersebut melakukan pelanggaran karena ada faktor di belakangnya.
Yakni, butuhnya dana yang sangat besar demi operasi putrinya. Pun semua
tindakan pasti memiliki alasan. Jadi, salah dan benar menjadi abu-abu. Lantas,
akankah Aryo memenjarakan ayahnya?
4. The Gambler
Sigit (Slamet Raharjo) , pria tua yang
telah lama pensiun dari dunia perjudian kembali menapaki tempat kotor itu. Ia
bertekad mengambil jam emas warisan bapaknya yang terpajang rapi di tengah
ruang. Jam yang dulu pernah menjadi taruhan di detik-detik terakhir
kekalahannya. Andri (Lukman Sardi) menganjurkannya untuk tak kembali berjudi.
Ia menjelaskan pada Andri bahwa jam emas itu akan ia gunakan sebagai hadiah
pernikahan putra yang sangat ia banggakan.
Judi dimulai. Satu per satu permainan dapat
ia menangkan. Kedatangan Sigit menarik perhatian sang pemilik tempat judi, Gilang
(Ray Sahetapi), sekaligus musuh bebuyutan Sigit. Gilang turut bergabung, permainan
sengit antara dia dan beberapa penjudi lain terjadi. Namun, berujung pada
kekalahan dan menghabiskan uang yang ia miliki sebelum berhasil mendapatkan jam
emas itu.
Seorang rentenir menawari pinjaman dengan
bunga yang sangat besar. Sigit mengambilnya dengan segala resiko yang akan
terjadi apabila ia kalah. Permainan kembali dilanjutkan. Semakin sengit dari
waktu ke waktu. Akankah Sigit berhasil mengembalikan uang kepada rentenir?
Begitu pula dengan jam emas yang ia incar?
Kisah Sigit dan judi mengajarkan kita bahwa
segala hal yang dimulai dengan salah akan berakhir dengan buruk. Ambisi tak
berujung dapat menjadi boomerang yang mematikan.
Seorang artisek muda dan sukses bernama
Adrian (Reza Rahardian) kedatangan tamu wanita tua dengan dua bodyguard di kantornya. Setelah
berbasa-basi sebentar, wanita itu menyampaikan maksudnya untuk mengundang
Adrian ke rumah seseorang yang disebut 'Bapak'. Sebelum pergi wanitu menyebutkan
namanya, Hetty (Jajang C. Noer).
Teman Adrian, Barry (Abimana Aryaseta)
menyadari siapa wanita itu setelah melihat kartu nama yang tergeletak di atas
meja Adrian. Wanita itu adalah tangan kanan SW, mafia terbesar yang kuat di
Jakarta. Ia mengingatkan Adrian untuk berhati-hati.
Adrian memutuskan untuk menghadiri undangan
tersebut. Hetty menjelaskan keadaan ayah kandung Adrian yang sedang menanti
untuk bertemu. Di dalam sebuah kamar, Sony Wibisono (Roy Martin) tengah terbujur
lemah di atas ranjang.
Sony menjelaskan statusnya sebagai ayah
kandung yang sengaja memantau perkembangan Adrian dari jauh, serta memastikan
jalan mulus pendidikan dan karir Adrian dengan segala cara. Adrian tak terima
begitu saja. Orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia berusia
tujuh tahun. Membuatnya harus hidup dan besar di panti asuhan. Sony menjelaskan
dengan segala cara agar Adrian mau mengerti. Karena anak sulungnya itu yang
nanti akan meneruskan bisnis SW.
Adrian merasa muak dengan kelakuan kotor Sony
yang kemungkinan sengaja membuat ibunya meninggal dalam kecelakaan. Ia berusaha
membunuh Sony jika saja tak dicegah oleh Hetty. Adrian mengancam akan
melaporkan Sony ke polisi, ia membawa laptop pribadi Sony dan membawanya pergi. Apakah rahasia besar SW akan terbongkar?
Film ini sangat patut diapresiasi. Mulai dari ide cerita, nilai
yang tersirat di dalamnya, proses penggarapan, serta totalitas pemain dalam
membawakan karakter. Semuanya tergabung dalam satu kesatuan yang selaras dan
saling melengkapi. Sengaja tidak saya ceritakan ending-nya, no spoiler.
Jika penasaran, silahkan tonton sendiri ya. Selamat menikmati…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar