Minggu, 23 September 2018

Resensi Film Indonesia : DILEMA


Judul                   : Dilema
Rilis                    : 2012
Produser             : Wulan Guritno, Adilla Dimitri
Sutradara            : Robert Ronny, Robby Ertanto Soediskam, Adilla Dimitri
Penulis                : RAW / ART
Produksi             : WGE Picture

Industri perfilman di Indonesia sedang naik daun beberapa tahun terakhir. Tentu saja dalam dunia dagang ada berbagai macam kualitas produk. Salah satu film favorit saya adalah Dilema yang telah rilis enam tahun silam. Dilema tidak hanya sebagai judul, tapi juga tema cerita dari 5 subcerita di dalamnya. Film ini menceritakan tentang Jakarta dari beberapa sudut pandang dan memiliki ending yang sangat tak terduga. Dikemas secara apik di bawah produser Wulan Guritno dan Adilla Dimitri. Beberapa aktor dan aktris terbaik Indonesia turut serta menambah kekuatan dan daya tarik.
Berikut akan saya ulas satu per satu subcerita:
1    
  1. Rendezvous

     Menceritakan seorang gadis kaya raya bernama Dian (Pevita Pearce) yang mengasingkan diri di Bali. Ia kabur menyembunyikan diri dari jangkauan ayahnya setelah kematian ibunda tercinta. Di tengah kesendiriannya di tepi pantai, beberapa orang mengajaknya untuk ikut berpesta ria. Awalnya saya kira dia gadis baik-baik karena menolak ‘pesta’. Namun, bujukan seorang Rima (Wulan Guritno) melemahkannya. Wanita tomboy itu mampu membuat Dian nyaman menceritakan kesedihannya. Tidak hanya sekadar kenyamanan yang diberikan Rima, dia dengan mudah membujuk Dian melanggar prinsipnya, meminum pil untuk ‘bersenang-senang’.
       Raymond sang pemilik pesta puas dengan kinerja Rima yang mampu memeras kantong Dian, seperti para penikmat pesta yang lain. Uang tak pernah menjadi masalah bagi gadis cantik itu. Hingga akhirnya, nyawa Raymond dan Rima terancam setelah mengetahui siapa sebenarnya Dian. Apa yang akan terjadi?
         Di sini saya sangat kagum dengan peran Wulan Gurtino, sangat jauh dengan karakter aslinya yang cenderung seksi dan feminin. Sepertinya ia sengaja menaikkan berat badannya beberapa kilo dan memangkas pendek rambutnya demi totalitas. Mungkin juga itu hanyalah trik wardrobe dan make up, cek saja jika penasaran.

       2.  Garis Keras


         Terdapat suatu kelompok Islam radikal di jakarta. Penggeraknya bernama Said (Winky Wirawan) dan Ibnu (Baim Wong). Mereka berdua memimpin pengikutnya untuk melakukan demo di sebuah masjid besar yang  diduga memiliki kepercayaan adanya nabi setelah Muhammad SAW.
        Ibnu menyadari bahwa kelompoknya menggunakan cara yang salah. Said dan Ibnu berseteru karena adanya perbedaan pendapat. Ibnu memilih keluar dari kelompok tersebut. Kini Said terpaksa memimpin seorang diri. Seorang bodyguard (Verdi Solaiman) datang ke rumah Said menyampaikan pesan dari atasan yang disebut 'Bapak'. 'Bapak' meminta Said untuk meledakkan masjid besar di depan rumahnya. Pria itu memaksa Said melakukan pengeboman besok subuh, jika tidak ia akan membunuh anak semata wayang Said.
          Melalui cerita ini saya menduga, bahwa kemungkinan terjadinya kerusuhan di tanah air kita karena adanya ‘Dalang’ yang membayar atau mengancam provokator. Tujuannya banyak hal, seperti; pengalihan isu, adu domba, menghancurkan citra suatu kelompok, mengambil kesempatan dalam kesempitan, dan banyak hal lain yang secara keseluruhan berujung pada kekuasaan. Tugas kita adalah berpikir secara rasional, tidak mudah terpengaruh, dan tetap berada di jalan-Nya. InsyaAllah Dia akan memberikan petunjuk.
          Akankah Said membunuh orang-orang yang tengah menjalankan ibadah?

      3. The Officer

     Brigadir Aryo Sustoyo (Ario Bayu), seorang polisi yang baru naik pangkat dan dipindahtugaskan dari Sumatera Utara. Ia melaksanakan tugas pertamanya di Jakarta bersama seorang Inspektur senior bernama Bowo Wicaksono (Tio Pakusadewo). Aryo berusaha pendekatan dengan atasan barunya. Sayangnya, usaha Aryo tak mendapat respon baik dari Bowo.
       Tempat yang mereka datangi pertama kali adalah aksi demo kelompok Islam di sebuah masjid besar bersama polisi-polisi lain. Kerusuhan terjadi antara para pendemo dan aparat kepolisian. Selanjutnya, mereka mendapat tugas untuk meringkus suatu tempat perjudian. Bowo meminta Aryo menunggu di luar. Sementara ia dan timnya menyerbu masuk tempat itu. Tanpa memerlukan waktu lama, semua orang di dalam tempat itu berhasil diringkus.
          Aryo yang tak sabar menunggu sendiri di luar masuk ke dalam. Ia melihat seseorang di antara para penjudi adalah orang yang ia kenal, ayahnya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain melihat ayahnya dibawa polisi beserta para penjudi lain.
        Cerita ini menunjukkan realita oknum polisi yang melakukan kong-kalikong dengan mafia demi uang. Juga adanya penyalahgunaan jabatan untuk memanipulasi hukum. Namun, jika dilihat dari sisi kemanusiaan, oknum polisi tersebut melakukan pelanggaran karena ada faktor di belakangnya. Yakni, butuhnya dana yang sangat besar demi operasi putrinya. Pun semua tindakan pasti memiliki alasan. Jadi, salah dan benar menjadi abu-abu. Lantas, akankah Aryo memenjarakan ayahnya?

      4. The Gambler

        Sigit (Slamet Raharjo) , pria tua yang telah lama pensiun dari dunia perjudian kembali menapaki tempat kotor itu. Ia bertekad mengambil jam emas warisan bapaknya yang terpajang rapi di tengah ruang. Jam yang dulu pernah menjadi taruhan di detik-detik terakhir kekalahannya. Andri (Lukman Sardi) menganjurkannya untuk tak kembali berjudi. Ia menjelaskan pada Andri bahwa jam emas itu akan ia gunakan sebagai hadiah pernikahan putra yang sangat ia banggakan.
        Judi dimulai. Satu per satu permainan dapat ia menangkan. Kedatangan Sigit menarik perhatian sang pemilik tempat judi, Gilang (Ray Sahetapi), sekaligus musuh bebuyutan Sigit. Gilang turut bergabung, permainan sengit antara dia dan beberapa penjudi lain terjadi. Namun, berujung pada kekalahan dan menghabiskan uang yang ia miliki sebelum berhasil mendapatkan jam emas itu.
      Seorang rentenir menawari pinjaman dengan bunga yang sangat besar. Sigit mengambilnya dengan segala resiko yang akan terjadi apabila ia kalah. Permainan kembali dilanjutkan. Semakin sengit dari waktu ke waktu. Akankah Sigit berhasil mengembalikan uang kepada rentenir? Begitu pula dengan jam emas yang ia incar?
           Kisah Sigit dan judi mengajarkan kita bahwa segala hal yang dimulai dengan salah akan berakhir dengan buruk. Ambisi tak berujung dapat menjadi boomerang yang mematikan.

       5.  Big Boss

         Seorang artisek muda dan sukses bernama Adrian (Reza Rahardian) kedatangan tamu wanita tua dengan dua bodyguard di kantornya. Setelah berbasa-basi sebentar, wanita itu menyampaikan maksudnya untuk mengundang Adrian ke rumah seseorang yang disebut 'Bapak'. Sebelum pergi wanitu menyebutkan namanya, Hetty (Jajang C. Noer).
          Teman Adrian, Barry (Abimana Aryaseta) menyadari siapa wanita itu setelah melihat kartu nama yang tergeletak di atas meja Adrian. Wanita itu adalah tangan kanan SW, mafia terbesar yang kuat di Jakarta. Ia mengingatkan Adrian untuk berhati-hati.
       Adrian memutuskan untuk menghadiri undangan tersebut. Hetty menjelaskan keadaan ayah kandung Adrian yang sedang menanti untuk bertemu. Di dalam sebuah kamar, Sony Wibisono (Roy Martin) tengah terbujur lemah di atas ranjang.
     Sony menjelaskan statusnya sebagai ayah kandung yang sengaja memantau perkembangan Adrian dari jauh, serta memastikan jalan mulus pendidikan dan karir Adrian dengan segala cara. Adrian tak terima begitu saja. Orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan saat ia berusia tujuh tahun. Membuatnya harus hidup dan besar di panti asuhan. Sony menjelaskan dengan segala cara agar Adrian mau mengerti. Karena anak sulungnya itu yang nanti akan meneruskan bisnis SW.
       Adrian merasa muak dengan kelakuan kotor Sony yang kemungkinan sengaja membuat ibunya meninggal dalam kecelakaan. Ia berusaha membunuh Sony jika saja tak dicegah oleh Hetty. Adrian mengancam akan melaporkan Sony ke polisi, ia membawa laptop pribadi Sony dan membawanya pergi. Apakah rahasia besar SW akan terbongkar?

Film ini sangat patut diapresiasi. Mulai dari ide cerita, nilai yang tersirat di dalamnya, proses penggarapan, serta totalitas pemain dalam membawakan karakter. Semuanya tergabung dalam satu kesatuan yang selaras dan saling melengkapi. Sengaja tidak saya ceritakan ending-nya, no spoiler. Jika penasaran, silahkan tonton sendiri ya. Selamat menikmati…


Minggu, 09 September 2018

Resensi Novel: BULAN karya TERE LIYE


Judul                      : Bulan
Pengarang              : Tere Liye
Penerbit                 : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit          : 2015
Tebal                     : 400 halaman

Novel berjudul Bulan ini merupakan buku kedua dari serial novel Bumi. Memang tidak ada yang menarik dari sinopsisnya. Pembaca akan otomatis membaca buku ini setelah selesai membaca buku pertama, Bumi.
Masih menceritakan tentang petualangan Raib, Seli dan Ali di dimensi lain. Cerita berawal di bumi, sama seperti buku pertama. Bedanya, kali ini mereka lebih siap dengan segala hal yang akan terjadi. Bukan lagi dunia Klan Bulan tujuan mereka, tetapi dunia Klan Matahari, tanah leluhur Seli. Bersama dengan 3 orang lainnya, yakni Miss Selena, Av, dan Ily. Av, sang Penjaga Perpustakaan Klan Bulan memimpin rombongan ke dunia Klan Matahari untuk mencari sekutu melawan Si Tanpa Mahkota.
Kedatangan mereka mendapatkan sambutan yang sangat meriah dari klan matahari, sungguh sesuatu yang tak terduga. Di balik itu semua, ternyata sang Ketua Konsil Klan Matahari bernama Fala-tara-tana IV telah menyiapkan rencana lain. Ia meminta empat orang Klan Bulan mengikuti kompetisi mencari bunga matahari yang pertama kali mekar sebagai kontingen ke sepuluh. Mau tak mau Raib, Seli, Ali dan Ily mengikuti kompetisi yang tak mereka pahami itu atau negosiasi dibatalkan. Tentu saja, mereka tidak mau kunjungan ke dunia Klan Matahari ini sia-sia. Dengan persiapan yang cukup singkat mereka nekad terjun dalam kompetisi mengendarai harimau putih yang berasal dari dunia Klan Bulan.
Rintangan demi rintangan mereka hadapi. Menurut keterangan dari seseorang yang mereka temui, kompetisi ini tidak hanya sekadar rangkaian festival biasa. Semua peserta rela melakukan segala cara, termasuk melukai lawan untuk terus melaju. Mereka beruntung memiliki Ily di dalam kelompoknya karena lelaki itu merupakan lulusan akademi yang sangat terlatih dan cerdas. Dalam setiap rintangan kekuatan mereka terlihat semakin kuat. Seluruh energi dan pikiran mereka sangat terkuras dalam menghadapi segala rintangan. Di tengah keputusasaan, mereka masih mengutamakan nilai-nilai moral kemanusiaan. Berlawanan dengan cara pada umumnya yang menghalalkan segala cara.
Rintangan seperti serbuan gerombolan gorilla, serangan burung kenari pemakan daging, guyuran air bah, terjebak di tengah letupan jamur beracun, melewati lorong tikus, dan terakhir melawan musuh yang sangat hebat, secara tidak langsung memancing para pembaca untuk turut berpikir mencari cara melewatinya. Layaknya bermain catur. Masing-masing pion (tokoh) memiliki kekuatan dan kebiasaan yang berbeda. Kekuatan apa yang tepat digunakan? Dalam keadaan terdesak, siapa penolong yang akan muncul? Selalu menjadi tanda tanya. Dan bagian asyiknya, akan ada kekuatan-kekuatan baru yang muncul tanpa mereka sadari sebelumnya.
Para pecinta fantasi, misteri dan petualangan pasti akan merasa dimanjakan oleh cerita ini. Sayangnya, masih ada beberapa kelemahan. Pertama, ada sedikit typo yang kurang enak dipandang. Kedua, peralihan bahasa antar klan yang sedikit kurang teliti. Di buku pertama dijelaskan bahwa Raib secara otomatis dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Klan Bulan karena ia berasal dari sana. Sama seperti Seli yang langsung memahami bahasa Klan Matahari. Sekarang kita fokuskan pada 6 tokoh utama; Raib, Seli, Ali, Ily, Av, dan Miss Selena. Raib, Seli, Ali dan Miss Selena dapat berbicara menggunakan bahasa Klan Bumi. Semua dapat menggunakan bahasa Klan Bulan, kecuali Seli. Sebaliknya, hanya Seli yang mampu menggunakan bahasa Klan Matahari. Jadi Ily dan Av tidak dapat berkomunikasi dengan Seli tanpa translator. Namun, ada sesi ketika Ily dan Seli hanya berdua sedang mengobrol. Bagaimana bisa? Ketiga, sedikit bisa ditebak. Buku satu dan dua berawal di dunia Klan Bumi, tetapi latar utama di dunia lain. Buku pertama berjudul Bumi, latar utama di dunia Klan Bulan. Buku kedua berjudul Bulan, latar utama di dunia Matahari. Buku ketiga berjudul Matahari, dan saya tebak latar utama akan berada di dunia Klan Bintang. Benarkah?
Apakah pendapat saya ini salah atau benar? Coba buktikan saja dengan membaca novel Bulan. Dijamin seru dan ketagihan terus membaca. Sampai sekarang saya ingin lanjut terus membaca buku ketiga yang berjudul Matahari. Kalau kamu penasaran seperti apa sih pendapat saya tentang buku pertama Bumi, baca di sini.
Terakhir, himbauan dari saya. Jangan membaca buku ini dalam keadaan sibuk atau terputus-putus. Akan mengurangi esensi cerita dan keseruannya. Apakah Raib dan kawan-kawan mampu menyelamatkan diri dari kejinya kompetisi ini? Pastikan kamu membaca buku yang orisinil untuk menghargai karya penulis.

Salam.

Resensi Film : SERENDIPITY

Judul           : Serendipity Rilis            : 9 Agustus 2018 Genre         : Drama/Romance Sutradara   : Indra Gunawan Negar...